SEMOGA TUBUHMU MENJADI PENGHALANG API NERAKA YANG MENYULUT TUBUHKU
Sabtu, 28 Februari 2009
“ Bunda......... mas Fakhri nakal. Tadi nginjak kaki adik tapi tidak mau di balas. Trus tadi juga ngejek orang yang minta-minta! “ tangis Ayyash
“ Coba panggilkan mas Fakhri untuk Bunda !” pinta bunda Ayyash
Setelah mereka berkumpul di taman belakang rumah, bunda memulai percakapan.
“ Mas Fakhri dan dek Ayyash pernah mendengar kisah tentang Rasulullah dan Ukasyah bin Muhsin ? “ tanya Bunda dengan lembut
“ Belum, Bunda! “ jawab mereka berdua serempak.
“ Ok...Bunda bagi-bagi cerita ya!” bunda memulai ceritanya
“ Setelah kurang lebih 22 tahun Rasulullah menyiarkan Islam, menyeru kebenaran, menerangi hati manusia yang berada dalam kegelapan dan kesesatan serta menyempurnakan agama terdahulu, akhirnya pada hari Jum’at ketika Rasulullah sedang berada di padang Arofah untuk melakukan Hajjatul Wada’ (Haji perpisahan) maka turunlah wahyu terakhir surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi “ ....Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah Kucukupkan nikmat Ku atasmu dan Aku ridho Islam sebagai agamamu ”. menerima ayat tersebut Rasulullah merasa lemas, kemudian beliau menyandarkan tubuhnya sambil mendengar Malaikat Jibril berkata:
“ Ya Muhammad, hari ini telah sempurnalah urusan agamamu dan selesailah apa yang diperintah dan dilarang oleh Robbmu. Maka kumpulkanlah sahabat-sahabatmu dan kabarkanlah kepada mereka bahwa aku tidak akan turun lagi sesudah hari ini.”
“ Bunda, Rasulullah sedih dong tidak bisa bertemu Malaikat Jibril lagi ? “ tanya Ayyash
“ Saangat sedih, karena selain berpisah dengan Malaikat Jibril, Rasulullah juga harus berpisah dengan sahabat dan ummat yang sangat dicintainya.” papar Bunda.
“ Bunda lanjutkan ya....
Sepulang dari Mekah, Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat, kemudian menyampaikan turunnya ayat tersebut dan pesan Jibril kepada Beliau. Beliau juga menyampaikan, dengan turunnya ayat tersebut mengisyaratkan bahwa perpisahan Beliau dengan para sahabat sudah dekat..
Mendengar keterangan dari Rasulullah tersebut para sahabat menangis sejadi-jadinya. Mereka sangat sedih karena akan berpisah dengan Rasulullah, pembawa rahmat bagi mereka.”
“ Bunda, memangnya Rasulullah mau pergi ke mana kok mau berpisah dengan para sahabatnya? “ tanya Ayyash penuh semangat.
“ Berpisah bukan karena Rasulullah mau pergi, Ayyash! Tapi berpisah karena maut. Rasulullah mau meninggal, sayang! ” jawab Bunda dengan penuh sayang.
“ Bunda, Rasulullah kan disayang Allah, kok Allah mau mencabut nyawa Rasulullah? “ tanya Fakhri penasaran
“ Fakhri yang sholih, itulah pelajaran dari Allah untuk kita yang mengajarkan bahwa Rasulullah itu juga manusia, bukan malaikat, jadi Rasulullah bisa juga meninggal.” papar Bunda
“ Bunda lanjutkan ya...!
Kemudian Rasulullah mengutus Bilal untuk mengumandangkan Adzan, memanggil umat Islam untuk sholat jama’ah.”
“ Mas Fakhri tahu siapa Bilal itu ? “ tanya Bunda
“ Belum tahu, siapa Bunda ? “ tanya Fakhri
“ Bilal itu dulunya adalah Budak hitam, kalau sekarang disebutnya pembantu. Tapi setelah Bilal masuk Islam, Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan dengan sahabat Rasulullah yang lain yang bukan budak. Bilal dan sahabat yang lain dianggap sama. Rasulullah tidak pernah mengejeknya juga. Bahkan Rasulullah memuliakan Bilal dengan meminta Bilal sebagai muadzin Rasulullah. Yang paling mulia di sisi Allah bukan karena kita lebih kaya atau lebih pintar tapi karena kita lebih taqwa. Naah..mas Fakhri masih suka mengejek orang lain ? masih suka mengejek peminta-minta yang lewat di depan rumah kita?” tanya bunda lagi.
“ Tidak lagi Bunda! Fakhri janji akan berlaku baik kepada siapapun! “ janji Fakhri
“ Kemudian.....” Bunda melanjutkan
Setelah sholat berjama’ah bersama sahabat Muhajirin dan Anshar, Rasulullah naik mimbar. Rasulullah memanjatkan puja-puji bagi Allah kemudian bersabda: “ Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya aku adalah Rasulullahmu, penasihatmu, yang mengajakmu ke jalan Allah dengan ijin-Nya. Sesungguhnya aku adalah saudaramu, seperti saudara sekandung dan sebapak yang saling mengasihi. Karena itu, siapa yang pernah kusakiti, balaslah hari ini sebelum hari Kiamat.”
Rasulullah minta kerelaan hati kepada yang pernah disakiiti agar membalasnya sesuai dengan apa yang pernah dirasakan. Dalam hukum Islam balasan setimpal disebut dengan Qishas.
“ Mas Fakhri dengan dek Ayyash saudaraan tidak ? “ tanya Bunda
“ Saudara sekandung, Bunda !” jawab Fakhri dan Ayyash kompak.
“ Berarti harus saling sayang dong....! Rasulullah saja menganggap teman-temannya saja seperti saudara sekandung. Rasulullah sangat sayang kepada mereka hingga merasa takut jika harus menyakiti mereka. Ya...kan? “ bunda minta kesepakatan.
“ Ya ...Bunda! Maafin mas Fakhri ya dek, tadi sudah sengaja menginjak kakimu. Dimaafin dong! “ pinta Fakhri diikuti anggukan penerimaan maaf dari Ayyash. Bunda pun tersenyum melihat rukunnya mereka berdua. Kemudian Bunda melanjutkan ceritanya...
“ setelah Rasulullah tanya siapa yang pernah disakiti oleh beliau dan ingin membalasnya dipersilkan untuk membalas hari itu, namun tidak ada satupun yang hadir saat itu berdiri menuntut Qishash kepada Rasulullah, Rasulullah kembali mengulang penawarannya sampai 3 kali agar kaumnya tidak segan-segan untuk melakukannya.
Akhirnya.................Ukasyah bin Muhsin mendekati Rasulullah dan berkata sambil didengarkan semua orang yang hadir di situ: “ Sebenarnya aku enggan dan tidak sampai hati seandainya Rasulullah tidak menganjurkannya sampai berulang kali. Aku terpaksa memberanikan diri berdiri di sini untuk menceritakan apa yang pernah kualami atas perlakuan Rasulullah dalam perang Badar. Ketika itu untaku mendekati unta Rasulullah dan aku turun agar bisa mencium pahamu. Tapi kemudian Rasulullah mengangkat cambuk sehingga aku terkena cambuk itu. Bagian pinggangku yang terkena. Aku tidak tahu dan tidak berfikir apakah pada waktu itu Rasulullah sengaja memukulku atau memukul untanya tetapi yang jelas aku terkena cambuk Rasulullah. “
“ Apakah mungkin aku mencambukmu, hai Ukasyah?” tanya Rasulullah. Kemudian Beliau memerintahkan Bilal untuk mengambil cambuk di rumah Fatimah, anak perempuan Rasulullah. Saat Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah, Fatimah menjadi heran dan bertanya : “ Untuk apa Rasulullah mengambil cambuk ini? “
“ Rasulullah hendak melakukan Qishas.” Jawab Bilal
“ Siapakah orang yang sampai hati menuntut qishash kepada Rasulullah, ayahku ? “ bisik Fatimah dalam hati.
Setiba di masjid, Bilal memberikan cambuk tersebut kepada Rasulullah. Beliau kemudian menyerahkan cambuk itu kepada sahabatnya Ukasyah agar segera melakukan qishash berupa cambukan balasan kepada Rasulullah. Melihat Ukasyah berdiri memegang cambuk dan siap memukul pinggang Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khotob mencegahnya.
“ Wahai Ukasyah, terimakan qishash itu pada diriku. Aku tak sampai hati dirimu menempelkan cambuk itu pada punggung Rasulullah! ‘ kata Abu Bakar
“ Duduklah engkau berdua, Allah telah mengetahui kedudukan dan pengorbananmu.” ujar Rasulullah.
Merasa tersinggung dengan sikap Ukasyah dan didorong kesetiaannya kepada Rasulullahnya, Ali bin Abi Tholib, menantu Rasulullah pun berdiri sembari berkata: “ Wahai Ukasyah, engkau tahu aku masih hidup di samping Beliau. Bila engkau tetap nekad dan berkeras hati membalas cambukan kepada Rasulullah, ini perutku, dadaku atau punggungku. Silakan pilih mana yang kau suka dan cambuklah sekuat tenagamu.” ucap Ali serasa menyodorkan bagian tubuhnya siap menerima cambukan.
Melihat kejadian tersebut Rasulullah berkata : “ Wahai Ali, aku telah mengetahui kedudukan dan pengorbananmu, karena itu duduklah.“
Hasan dan Husain, cucu Rasulullah ikut membela. Dengan nada keras cucu Rasulullah itu berkata: “ Engkau tahu Ukasyah, bahwa kami adalah cucu-cucu Rasulullah yang masih ada hubungan darah dengan Beliau. Jika engkau mau membalas qishash pada kami itu sama saja dengan engkau menerima qishash dari Rasulullah. Maka cambuklah kami! ” pinta mereka.
“ Duduklah engkau berdua, cambuklah, wahai Ukasyah jika memang benar aku telah memukulmu “.
“ Bunda....bunda.... Berarti, Abu Bakar, Umar, Ali dan Hasan Husain benar-benar ksatria ya? Mereka sangat cinta kepada Rasulullah. Tidak rela jika Rasulullah disakiti sedikitpun.” Seru Fakhri dengan semangatnya.
“ Yap...kita sebagai ummat Rasulullah Muhammad harus mentauladani sifat sahabat tersebut. Melakukan pembelaan jika Rasulullah kita dilecehkan, dihinakan atau disakiti secara tidak langsung. “ jawab Bunda tegas.
“ Bunda lanjutkan.....ternyata ada permintaan lain lagi dari Ukasyah. Ukasyah berkata : “ Ya , Rasulullah, dulu cambuk Rasulullah mengenai punggungku yang terbuka.”
Sesuai dengan permintaan Ukasyah, Rasulullah membuka bajunya sehingga nampaklah punggungnya yang putih bersih. Ukasyah kemudian berjalan mendekati Rasulullah. Adegan itu disaksikan oleh para sahabat dengan menundukkan kepala serta air matanya menetes. Mereka menahan nafas menanti peristiwa yang akan terjadi di saat mendekati akhir kehidupan Rasulullah.
Ketika berada di dekat Rasulullah dan melihat punggung Beliau yang putih bersih, Ukasyah langsung memeluk pinggang Rasulullah dan menciuminya sepuas hati sambil berkata : “ Siapa orangnya yang sampai hati menerima qishash darimu, ya Rasulullah.”
Kini perasaan tegang itu berubah menjadi haru. Semua sahabat menarik nafas lagi melihat sikap Ukasyah yang tiba-tiba berubah. Ukasyah berkata lagi: “ Maksudku, aku hanya ingin agar tubuhku menempel pada tubuhmu, ya Rasulullah. Semoga tubuhmu menjadi penghalang api neraka yang menyulut tubuhku. “
Setelah suasana reda, sambil menunjuk kepada Ukasyah, Rasulullah berkata : “ Ketahuilah, bahwa siapa yang ingin melihat ahli syurga, maka lihatlah orang ini.”
Mendengar kata Rasulullah, para sahabat beramai-ramai memeluk tubuh Beliau sambil mencurahkan isak tangisnya. Kepada Ukasyah mereka berkata: “Berbahagialah engkau, yang telah menerima derajat yang tinggi. Dan engkau kelak mendampingi Rasulullah di syurga. Ya Allah mudahkanlah kami menerima syafaatnya karena kemuliaan dan keagunganmu. Begitu ceritanya...Jadi, hikmah apa saja yang dapat kita ambil dari kisah di atas ?” tanya Bunda .
“ Pertama, bahwa para sahabat sangat mencintai Rasulullah dan sangat bersedih mengingat akan berpisah dengan Rasulullah.” Jawab Fakhri
“ Kedua, bahwa Rasulullah bisa meninggal karena Rasulullah adalah manusia, betul Bunda ?” tanya Ayyash
“ Betul....” jawab Bunda singkat
“ Ketiga, Rasulullah menghormati semua orang dan tidak membeda-bedakan orang.” Bunda ikut jawab
“ Keempat, Rasulullah mengasihi sahabatnya seperti mengasihi saudaranya sekandung. Dan yang kelima, balasan setimpal atau qishash itu dibolehkan dalam agama Islam.” Fakhri melanjutkan
“ Keenam, sebagai umat Islam kita harus membela Rasulullah kita apalagi kalau ada yang menghina atau melecehkan Rasulullah kita, betul Bunda ? “ lanjut Fakhri lagi
“ Betul betul betul...sangat betul ! ” sahut Ayyash membenarkan ucapan kakaknya. Bundapun tersenyum mengangguk.
“ Terakhir, kita semua harus mencontoh Rasulullah Muhammad dan para sahabat dalam bergaul. Yang tidak kalah penting yaitu kita sebagai umat Islam tidak boleh saling menyakiti .
“ Coba panggilkan mas Fakhri untuk Bunda !” pinta bunda Ayyash
Setelah mereka berkumpul di taman belakang rumah, bunda memulai percakapan.
“ Mas Fakhri dan dek Ayyash pernah mendengar kisah tentang Rasulullah dan Ukasyah bin Muhsin ? “ tanya Bunda dengan lembut
“ Belum, Bunda! “ jawab mereka berdua serempak.
“ Ok...Bunda bagi-bagi cerita ya!” bunda memulai ceritanya
“ Setelah kurang lebih 22 tahun Rasulullah menyiarkan Islam, menyeru kebenaran, menerangi hati manusia yang berada dalam kegelapan dan kesesatan serta menyempurnakan agama terdahulu, akhirnya pada hari Jum’at ketika Rasulullah sedang berada di padang Arofah untuk melakukan Hajjatul Wada’ (Haji perpisahan) maka turunlah wahyu terakhir surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi “ ....Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan telah Kucukupkan nikmat Ku atasmu dan Aku ridho Islam sebagai agamamu ”. menerima ayat tersebut Rasulullah merasa lemas, kemudian beliau menyandarkan tubuhnya sambil mendengar Malaikat Jibril berkata:
“ Ya Muhammad, hari ini telah sempurnalah urusan agamamu dan selesailah apa yang diperintah dan dilarang oleh Robbmu. Maka kumpulkanlah sahabat-sahabatmu dan kabarkanlah kepada mereka bahwa aku tidak akan turun lagi sesudah hari ini.”
“ Bunda, Rasulullah sedih dong tidak bisa bertemu Malaikat Jibril lagi ? “ tanya Ayyash
“ Saangat sedih, karena selain berpisah dengan Malaikat Jibril, Rasulullah juga harus berpisah dengan sahabat dan ummat yang sangat dicintainya.” papar Bunda.
“ Bunda lanjutkan ya....
Sepulang dari Mekah, Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat, kemudian menyampaikan turunnya ayat tersebut dan pesan Jibril kepada Beliau. Beliau juga menyampaikan, dengan turunnya ayat tersebut mengisyaratkan bahwa perpisahan Beliau dengan para sahabat sudah dekat..
Mendengar keterangan dari Rasulullah tersebut para sahabat menangis sejadi-jadinya. Mereka sangat sedih karena akan berpisah dengan Rasulullah, pembawa rahmat bagi mereka.”
“ Bunda, memangnya Rasulullah mau pergi ke mana kok mau berpisah dengan para sahabatnya? “ tanya Ayyash penuh semangat.
“ Berpisah bukan karena Rasulullah mau pergi, Ayyash! Tapi berpisah karena maut. Rasulullah mau meninggal, sayang! ” jawab Bunda dengan penuh sayang.
“ Bunda, Rasulullah kan disayang Allah, kok Allah mau mencabut nyawa Rasulullah? “ tanya Fakhri penasaran
“ Fakhri yang sholih, itulah pelajaran dari Allah untuk kita yang mengajarkan bahwa Rasulullah itu juga manusia, bukan malaikat, jadi Rasulullah bisa juga meninggal.” papar Bunda
“ Bunda lanjutkan ya...!
Kemudian Rasulullah mengutus Bilal untuk mengumandangkan Adzan, memanggil umat Islam untuk sholat jama’ah.”
“ Mas Fakhri tahu siapa Bilal itu ? “ tanya Bunda
“ Belum tahu, siapa Bunda ? “ tanya Fakhri
“ Bilal itu dulunya adalah Budak hitam, kalau sekarang disebutnya pembantu. Tapi setelah Bilal masuk Islam, Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan dengan sahabat Rasulullah yang lain yang bukan budak. Bilal dan sahabat yang lain dianggap sama. Rasulullah tidak pernah mengejeknya juga. Bahkan Rasulullah memuliakan Bilal dengan meminta Bilal sebagai muadzin Rasulullah. Yang paling mulia di sisi Allah bukan karena kita lebih kaya atau lebih pintar tapi karena kita lebih taqwa. Naah..mas Fakhri masih suka mengejek orang lain ? masih suka mengejek peminta-minta yang lewat di depan rumah kita?” tanya bunda lagi.
“ Tidak lagi Bunda! Fakhri janji akan berlaku baik kepada siapapun! “ janji Fakhri
“ Kemudian.....” Bunda melanjutkan
Setelah sholat berjama’ah bersama sahabat Muhajirin dan Anshar, Rasulullah naik mimbar. Rasulullah memanjatkan puja-puji bagi Allah kemudian bersabda: “ Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya aku adalah Rasulullahmu, penasihatmu, yang mengajakmu ke jalan Allah dengan ijin-Nya. Sesungguhnya aku adalah saudaramu, seperti saudara sekandung dan sebapak yang saling mengasihi. Karena itu, siapa yang pernah kusakiti, balaslah hari ini sebelum hari Kiamat.”
Rasulullah minta kerelaan hati kepada yang pernah disakiiti agar membalasnya sesuai dengan apa yang pernah dirasakan. Dalam hukum Islam balasan setimpal disebut dengan Qishas.
“ Mas Fakhri dengan dek Ayyash saudaraan tidak ? “ tanya Bunda
“ Saudara sekandung, Bunda !” jawab Fakhri dan Ayyash kompak.
“ Berarti harus saling sayang dong....! Rasulullah saja menganggap teman-temannya saja seperti saudara sekandung. Rasulullah sangat sayang kepada mereka hingga merasa takut jika harus menyakiti mereka. Ya...kan? “ bunda minta kesepakatan.
“ Ya ...Bunda! Maafin mas Fakhri ya dek, tadi sudah sengaja menginjak kakimu. Dimaafin dong! “ pinta Fakhri diikuti anggukan penerimaan maaf dari Ayyash. Bunda pun tersenyum melihat rukunnya mereka berdua. Kemudian Bunda melanjutkan ceritanya...
“ setelah Rasulullah tanya siapa yang pernah disakiti oleh beliau dan ingin membalasnya dipersilkan untuk membalas hari itu, namun tidak ada satupun yang hadir saat itu berdiri menuntut Qishash kepada Rasulullah, Rasulullah kembali mengulang penawarannya sampai 3 kali agar kaumnya tidak segan-segan untuk melakukannya.
Akhirnya.................Ukasyah bin Muhsin mendekati Rasulullah dan berkata sambil didengarkan semua orang yang hadir di situ: “ Sebenarnya aku enggan dan tidak sampai hati seandainya Rasulullah tidak menganjurkannya sampai berulang kali. Aku terpaksa memberanikan diri berdiri di sini untuk menceritakan apa yang pernah kualami atas perlakuan Rasulullah dalam perang Badar. Ketika itu untaku mendekati unta Rasulullah dan aku turun agar bisa mencium pahamu. Tapi kemudian Rasulullah mengangkat cambuk sehingga aku terkena cambuk itu. Bagian pinggangku yang terkena. Aku tidak tahu dan tidak berfikir apakah pada waktu itu Rasulullah sengaja memukulku atau memukul untanya tetapi yang jelas aku terkena cambuk Rasulullah. “
“ Apakah mungkin aku mencambukmu, hai Ukasyah?” tanya Rasulullah. Kemudian Beliau memerintahkan Bilal untuk mengambil cambuk di rumah Fatimah, anak perempuan Rasulullah. Saat Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah, Fatimah menjadi heran dan bertanya : “ Untuk apa Rasulullah mengambil cambuk ini? “
“ Rasulullah hendak melakukan Qishas.” Jawab Bilal
“ Siapakah orang yang sampai hati menuntut qishash kepada Rasulullah, ayahku ? “ bisik Fatimah dalam hati.
Setiba di masjid, Bilal memberikan cambuk tersebut kepada Rasulullah. Beliau kemudian menyerahkan cambuk itu kepada sahabatnya Ukasyah agar segera melakukan qishash berupa cambukan balasan kepada Rasulullah. Melihat Ukasyah berdiri memegang cambuk dan siap memukul pinggang Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khotob mencegahnya.
“ Wahai Ukasyah, terimakan qishash itu pada diriku. Aku tak sampai hati dirimu menempelkan cambuk itu pada punggung Rasulullah! ‘ kata Abu Bakar
“ Duduklah engkau berdua, Allah telah mengetahui kedudukan dan pengorbananmu.” ujar Rasulullah.
Merasa tersinggung dengan sikap Ukasyah dan didorong kesetiaannya kepada Rasulullahnya, Ali bin Abi Tholib, menantu Rasulullah pun berdiri sembari berkata: “ Wahai Ukasyah, engkau tahu aku masih hidup di samping Beliau. Bila engkau tetap nekad dan berkeras hati membalas cambukan kepada Rasulullah, ini perutku, dadaku atau punggungku. Silakan pilih mana yang kau suka dan cambuklah sekuat tenagamu.” ucap Ali serasa menyodorkan bagian tubuhnya siap menerima cambukan.
Melihat kejadian tersebut Rasulullah berkata : “ Wahai Ali, aku telah mengetahui kedudukan dan pengorbananmu, karena itu duduklah.“
Hasan dan Husain, cucu Rasulullah ikut membela. Dengan nada keras cucu Rasulullah itu berkata: “ Engkau tahu Ukasyah, bahwa kami adalah cucu-cucu Rasulullah yang masih ada hubungan darah dengan Beliau. Jika engkau mau membalas qishash pada kami itu sama saja dengan engkau menerima qishash dari Rasulullah. Maka cambuklah kami! ” pinta mereka.
“ Duduklah engkau berdua, cambuklah, wahai Ukasyah jika memang benar aku telah memukulmu “.
“ Bunda....bunda.... Berarti, Abu Bakar, Umar, Ali dan Hasan Husain benar-benar ksatria ya? Mereka sangat cinta kepada Rasulullah. Tidak rela jika Rasulullah disakiti sedikitpun.” Seru Fakhri dengan semangatnya.
“ Yap...kita sebagai ummat Rasulullah Muhammad harus mentauladani sifat sahabat tersebut. Melakukan pembelaan jika Rasulullah kita dilecehkan, dihinakan atau disakiti secara tidak langsung. “ jawab Bunda tegas.
“ Bunda lanjutkan.....ternyata ada permintaan lain lagi dari Ukasyah. Ukasyah berkata : “ Ya , Rasulullah, dulu cambuk Rasulullah mengenai punggungku yang terbuka.”
Sesuai dengan permintaan Ukasyah, Rasulullah membuka bajunya sehingga nampaklah punggungnya yang putih bersih. Ukasyah kemudian berjalan mendekati Rasulullah. Adegan itu disaksikan oleh para sahabat dengan menundukkan kepala serta air matanya menetes. Mereka menahan nafas menanti peristiwa yang akan terjadi di saat mendekati akhir kehidupan Rasulullah.
Ketika berada di dekat Rasulullah dan melihat punggung Beliau yang putih bersih, Ukasyah langsung memeluk pinggang Rasulullah dan menciuminya sepuas hati sambil berkata : “ Siapa orangnya yang sampai hati menerima qishash darimu, ya Rasulullah.”
Kini perasaan tegang itu berubah menjadi haru. Semua sahabat menarik nafas lagi melihat sikap Ukasyah yang tiba-tiba berubah. Ukasyah berkata lagi: “ Maksudku, aku hanya ingin agar tubuhku menempel pada tubuhmu, ya Rasulullah. Semoga tubuhmu menjadi penghalang api neraka yang menyulut tubuhku. “
Setelah suasana reda, sambil menunjuk kepada Ukasyah, Rasulullah berkata : “ Ketahuilah, bahwa siapa yang ingin melihat ahli syurga, maka lihatlah orang ini.”
Mendengar kata Rasulullah, para sahabat beramai-ramai memeluk tubuh Beliau sambil mencurahkan isak tangisnya. Kepada Ukasyah mereka berkata: “Berbahagialah engkau, yang telah menerima derajat yang tinggi. Dan engkau kelak mendampingi Rasulullah di syurga. Ya Allah mudahkanlah kami menerima syafaatnya karena kemuliaan dan keagunganmu. Begitu ceritanya...Jadi, hikmah apa saja yang dapat kita ambil dari kisah di atas ?” tanya Bunda .
“ Pertama, bahwa para sahabat sangat mencintai Rasulullah dan sangat bersedih mengingat akan berpisah dengan Rasulullah.” Jawab Fakhri
“ Kedua, bahwa Rasulullah bisa meninggal karena Rasulullah adalah manusia, betul Bunda ?” tanya Ayyash
“ Betul....” jawab Bunda singkat
“ Ketiga, Rasulullah menghormati semua orang dan tidak membeda-bedakan orang.” Bunda ikut jawab
“ Keempat, Rasulullah mengasihi sahabatnya seperti mengasihi saudaranya sekandung. Dan yang kelima, balasan setimpal atau qishash itu dibolehkan dalam agama Islam.” Fakhri melanjutkan
“ Keenam, sebagai umat Islam kita harus membela Rasulullah kita apalagi kalau ada yang menghina atau melecehkan Rasulullah kita, betul Bunda ? “ lanjut Fakhri lagi
“ Betul betul betul...sangat betul ! ” sahut Ayyash membenarkan ucapan kakaknya. Bundapun tersenyum mengangguk.
“ Terakhir, kita semua harus mencontoh Rasulullah Muhammad dan para sahabat dalam bergaul. Yang tidak kalah penting yaitu kita sebagai umat Islam tidak boleh saling menyakiti .
Ya Rosul shollu wa salam ‘alaika
By: I Roselina Z Fuad
By: I Roselina Z Fuad
Langganan:
Postingan (Atom)